Satu Jam Lebih Dekat Bersama Didi Kempot
Nama
: Didi Prasetyo (Didi Kempot)
Perjalan
karier tidaklah harus dengan harta kekayaan tetapi dengan kenekatan dan
keberanian,seperti yang di alami oleh seniman kita yang satu ini Didi Prasetyo atau lebih dikenal dengan Didi Kempot
merupakan artis campur sari yang sangat terkenal dan mungkin akan menjadi
legenda. Didi kempot merupakan artis kebanggan kota Solo. Didi kempot merupakan
anak dari Ranto Edi Gudel (almarhum) atau sering disebut mbah Gudel yang
merupakan seniman lawak Srimulat yang cukup kawakan, dan Didi Kempot masih
mempunyai hubungan saudara dengan Mamiek Podang yang juga pelawak Srimulat.
Didi Kempot ternyata mengawali karier
dengan mengamen, Ia memang sangat terkenal dengan kenekatan, bandel, dan
berani. Ia mulai mengamen sejak kelas 3 SMP, Sebagai seorang anak Pelawak yang
sedang Berjaya keadaan ekonomi Didi sangat berada, menurutnya mengamen
merupakan alat tes mental. Dan gitar pertama yang Ia miliki merupakan buah dari
kebandelanya, Didi rela menjual sepedanya untuk membeli gitar seharga Rp.4000.
Dan didipun mulai merantau ke ibu kota Jakarta.
Di Jakarta Didi tidak menumpang bersama
sang kakak yaitu Mamiek Podang yang sudah lebih dahulu terkenal menjadi pelawak
di Srimulat, Didi justru mengamen dan mengontrak bersama teman-temanya bahkan
kontrakannya mepet dengan kandang Kambing. Menurut Didi, Ia ingin terkenal
seperti Mamiek yang mengawali karier dari nol, Didi mulai menciptakan lagu dan
dinyanyikan saat mengamen tetapi karena lagu yang dibawakan Didi cukup
dinikmati, maka lagu-lagu ciptaan Didi mulai dinyanyikan oleh kalangan pengamen
lainya.
Suatu saat Mas Mamik mengabarkan, pada
Didi bahwa akan dipertemukan dengan Mas Pompi, musikus yang mantan anggota No
Koes. Sebelum berangkat Didi menumpang mandi di rumah Mamiek dan mecoba memakai
baju Mamiek tetapi Didi tertawa karena walau menggunakan pakaian yang bagus
tetapi wajahnya tetap pengamen.
Didi
mulai di tes dengan lagu ciptaanya dan ternyata lulus kemudian didi di ajak
untuk rekaman. Alhasil Didipun menerima jerih payahnya yang pada saat itu
sebesar Rp. 1.200.000. Didipun kaget dengan hasil sebesar itu karena biasanya
Ia hanya menerima uang receh. Uang sebesar itu langsung Didi bawa pulang ke
Solo untuk membelikan mobil untuk almarhumah nenenknya, Karena Didi dibesarkan
oleh neneknya.
Komentar
Posting Komentar